Wednesday, June 10, 2020

Dibalik Cerita ada Cerita Lagi "Mati Satu Tumbuh Seribu"


Foto: @indoflashlight

Di sebuah pedesaan yang begitu indah, dengan sawah-sawah yang sudah berwarna kuning siap untuk dipanen serta para petani yang sedang bercocok tanam membuat pedesaan itu terasa lebih hidup serta didukung juga dengan cuaca yang sangat menyejukkan. Dikisahkan ada sebuah keluarga yang sangat berbahagia yang sedang berkumpul dengan keluarga kecilnya yaitu nenek, ayah, ibu, dan anak-anaknya di teras depan rumah sedang berbincang-bincang membicarakan masa depan.

Jaka: “Sekarang kan lagi pada kumpul kebetulan ada yang abah mau omongin sama ambu juga sama anak-anak kita, tolong panggilin anak-anak dulu yang sedang main di belakang rumah .” Ujar suaminya.

Dahlia: “Ada apa bah, paling dongeng kan? Baik ambu panggilin.” Ujar istrinya sambil kebingungan.

Dahla: “Lilis, Adanggg, Nenden udah dulu mainnya ada yang mau di obrolin dulu sebentar di teras,” Ujar ibunya sambil teriak,

Lilis: “Ambu Lilis sama adik-adik tuh lagi asik-asiknya main malah dipanggil.” Memasang muka cemberut.

Dahlia: “Jangan gitu sayang, nanti mainnya dilanjut lagi deh setelah ngobrol-ngobrol, ayuk, ayuk nanti abah marah loh, nanti gak bakal dikasih jajan lagi.” Ucapnya lembut.

Adang: “Janganlah ambu, makanya Teh Lilis turutin aja kata ambu.” Ucap sang adik sambil menyenggol kakaknya.

Jaka: “Sini duduk dulu udah abah siapin tikar sama makanan, nenek udah nungguin dari tadi.” Ucapnya.

Nenden: “Yeyeyeyeye ada banyak makanan.” Riang gembira.

Nenek: “Nenden emang semangat kalau ada makanan.” Ucapnya sambil ketawa.

Adang: “Abah mau ngobrol apa?” Ucapnya kebingungan.

Jaka: Abah mau cerita nih tentang “Jadilah Pintar dan Rajin” mau ngedengerin gak?” Sambil menepuk pundak Lilis.

Lilis, Adang, Nenden: “Mauuuuuuuuuuuu dongggg.” Sangat Bersemangat.

Jaka: “Dahulu kala ada seorang penyihir bernama Fadra. Dia memiliki dua orang murid bernama Idri dan Odra. Karena Fadra sudah semakin tua, Idri dan Odra saling bersaing untuk menggantikan posisi guru mereka. Pada saat itu, penyihir adalah profesi yang sangat penting. Penyihir membantu warga desa memperbaiki barang, menyembuhkan penyakit, mencari benda yang hilang, dan melakukan banyak hal berguna lainnya. Karena itu, orang-orang sangat menghormati penyihir. Idri yakin dia akan menjadi penyihir yang baik. Dia berasal dari keluarga berada, tampan, dan rajin belajar. Dia selalu mencatat dengan rajin dan teliti semua yang diajarkan gurunya. Odra juga yakin dia akan menjadi penerus yang baik. Dia sangat kuat dan cepat. Suatu hari, Fadra hendak pergi mengumpulkan bahan ramuan ajaibnya, yang hanya bisa diperoleh di bagian terdalam hutan. Idri dan Odra merasa ini kesempatan yang bagus untuk mengambil hati guru mereka, maka keduanya mengajukan diri untuk ikut. Mereka berangkat pagi-pagi. Itu adalah perjalanan Idri dan Odra yang pertama ke dalam hutan. Mereka amat bersemangat. Mina, pembantu Fadra juga ikut.

Nenek: “Nenek ngantuk sama gak kuat kalau duduk lama-lama jadi nenek mau ke kamar duluan yah dengerin baik-baik biar kalian bisa bercerita didepan kelas, biar jadi anak yang cerdas.” Sambil tersenyum.

Lilis: “Siapppp nenek.” Bersemangat.

Jaka: Lanjut lagi yah ceritanya. Siang harinya, mereka merasa lapar. Odra segera berkeliling mencari buah-buahan untuk dimakan. Dengan kekuatan dan kecepatannya, dia berhasil mengumpulkan banyak buah dalam waktu singkat. Tapi ketika Mina melihat buah-buahan itu, dia langsung membuangnya. "Hei, kenapa kau lakukan itu?" tanya Odra. "Buah -buahan Itu beracun" kata Mina. Lalu dia pergi mengumpulkan buah, bunga, dan akar-akaran yang bisa dimakan, lalu memasak makanan lezat. Malamnya, mereka harus mendirikan tenda. Idri mengajukan diri. Tapi ternyata tidak semudah yang dia kira. "Guru, bagaimana kalau aku menelepon agar ayahku mengirimkan tenda langsung jadi?" tanya Idri. Idri mengeluarkan telepon genggamnya, tapi tidak ada sinyal di hutan. "Ayo, kutunjukkan bagaimana caranya!" kata Mina. Idri memandang Mina tidak percaya. Tapi Mina benar-benar berhasil mendirikan tenda-tenda itu. Saat tengah malam, mereka dibangunkan oleh suara hewan yang aneh. Di luar tenda terlihat seekor binatang yang sepertinya buas. Odra, yakin akan kekuatannya, bersiap untuk bertarung. Tapi Mina menyuruhnya mundur. Dia lalu memetik beberapa daun berbentuk aneh dari sebuah pohon di dekatnya dan berjalan perlahan ke arah binatang itu. Binatang itu memakan daun pemberian Mina dan pergi.

Jaka: “Masih mau dilanjut gak?” Sambil menggoda anaknya.

Adang,Nenden: “Mau dong abah lanjutin sampai selesai.”

Jaka: ” Siap, Keesokan harinya, mereka sampai di tujuan. Idri kagum melihat cara kerja Mina yang ringkas dan teratur. Ketika dia masih mempelajari buku catatannya, Mina sudah mengumpulkan banyak bahan dan memasukkannya ke dalam tempat-tempat berlabel.

Dalam perjalanan pulang, Idri dan Odra menanyai Mina. "Mina, ini kan juga perjalanan pertamamu. Bagaimana kamu bisa tahu mana buah yang beracun dan tidak?" tanya Odra."Aku mengamati hewan-hewan kecil di sepanjang perjalanan. Lalu kucatat buah mana yang mereka makan," katanya. "Bagaimana dengan tendanya? Bagaimana kau bisa mendirikannya dengan begitu mudah?"tanya Idri. "Aku membaca manual cara mendirikan tenda sebelum kita berangkat," kata Mina sambil tersenyum. "Bagaimana dengan binatang aneh yang datang di malam hari itu?"tanya Odra,"bagaimana kau tahu dia hanya mencari daun aneh?""Aku melihat beberapa binatang itu di sepanjang perjalanan. Mereka selalu mengunyah daun itu. Dan dilihat dari susunan giginya, mereka adalah hewan pemakan tumbuhan jadi aku tahu hewan itu tidak berbahaya,” jawab Mina.Fadra berbicara pada kedua muridnya. "Jika kalian ingin menjadi  penyihir, kalian harus belajar banyak dari Mina! Jika tidak, mungkin penyihir berikutnya adalah penyihir wanita," katanya sambil mengedipkan mata ke arah Mina. Odra dan Idri sating memandang. Pelayan yang selama ini tidak pernah mereka perhatikan ternyata seorang gadis yang pintar. Mereka memang harus belajar banyak darinya! Sumber cerita "Jadilah Pintar dan Rajin": https://indolinear.com/dongeng-cerita-memotivasi-anak-jadilah-pintar-dan-rajin.html

Jaka: “Selesai deh ceritanya gimana seru gak?” Ucapnya

Lilis, Adang: “Seru banget pokoknya pemainnya seru-seru.” Bersemangat

Nenden: “Aku gak ngerti tapi liat abah cerita kayak gitu, seru aja.” Sambil tersenyum

Dahlia: “Apakah artinya Berpikir Cerdas? Artinya kita selalu berpikir ke depan dan penuh persiapan, selalu memperhatikan sekeliling kita untuk mengumpulkan sebanyak mungkin informasi dan memanfaatkannya; selalu tahu apa yang harus kita lakukan dalam segala keadaan.” Menepuk anak-anaknya.

Lilis: “Siap ambu Lilis akan jadi anak pintar biar ngebanggain ambu sama abah.” Mememluk ambu dana bah.

Jaka: “Abah mau nitip pesen buat anak-anak abah terutama buat Adang karena satu-satunya anak laki-laki abah jaga teteh sama adik, jangan sampai kalian berantem. Setelah besar Adang harus bisa mengelola ruko sama pertanian abah, Lilis sama Nenden juga bantuin Adang suapaya semangat.” Ucapnya

Adang: “Siap abah Adang jagain teteh dan adik Adang, kan Adang kuat.” Sambil ketawa

Perbincangan yang cukup panjang membuat keluarganya menjadi terasa lebih hidup dan harmonis. Mendongengkan cerita kepada anak-anaknya sudah hal yang menjadi biasa bagi abah dan ambu, abah dan ambu sangat yakin bahwa dengan membacakan dongeng untuk anak akan membuat ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak semakin kuat. Namun setelah beberapa hari kemudian sang ayah mengalami kecelakan dan mengalami serangan jantung. Kebahagian mereka terasa terenggut setelah mendengar ayahnya dibawa ke rumah sakit, suasananya pun menjadi keruh dan penuh dengan kekhawatiran.

Euis: “Dahlia suami kamu kecelakan tadi, sekarang sudah menuju perjalanan ke rumah sakit sama warga.” Sambil teriak kepanikan

Dahlia: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, Astagfirullah Euis kok bisa kecelakaan gitu? Is jaga anak-anak teteh sama nenek, teteh ke rumah sakit sekarang.” Sambil nangis terburu-buru

Setelah beberapa hari dirawat sang ibu mendengar kabar buruk yaitu suaminya meninggal dunia.

Pihak RS: “Assalamua’laikum, mohon maaf malam-malam sudah menghubungi ibu, ini dengan nomor pasien 12 yang bernama Jaka, apakah ini dengan istrinya? Boleh bisa bicara sebentar?” Dengan ramah tamahnya

Dahlia: “Iya betul, apakah suami saya baik-baik saja? Tadi saya pulang sebentar untuk menengok anak-anak saya dulu.” Dengan paniknya

Pihak RS: “Mohon maaf tadi warga yang menjaga paseinnya sudah pulang karena ada kepentingan mendadak, mohon maaf juga ibu atas berita duka yang saya sampaikan, suami ibu telah meninggal dunia karena kecalakaanya sangat fatal dan pasien juga mengalami serangan jantung yang kompleks, ibu yang sabar dan tabah semoga Allah menempatkan suami ibu di termpat yang terbaik.” Sambil bergetar

Dahlia: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un, Terima……..kasih,” Sambil nangis dan langsung menutup telponnya.

Setelah mendengar kabar itu langsung terasa lemas dan tidak bisa berkata apa-apa, dia langsung pergi ke rumah sakit tanpa mengabari siapapun sangking kagetnya, suaminya harus meninggalkan istrinya dan tiga anak tercintanya, yang pertama perempuan berusia tujuh tahun masih Sekolah Dasar, yang kedua laki-laki berusia empat tahun, dan yang paling kecil berusia dua tahun. Setelah tiba di rumah sakit istrinya langsung pingsan setelah melihat keadaan suami yang sudah tidak bernyawa, setelah sadar istrinya langsung memberi tahu kerabat-kerabatnya, kedua anaknya namun tidak memberi tahu ke anak bungsunya karena terlalu kecil, serta warga agar bisa mempersiapkan makam dan segala yang dibutuhkan.

Bukan hanya isrtinya saja yang sangat terpukul namun anak-anaknya juga karena mereka masih membutuhkan sosok seorang ayah untuk bisa menguatkan sang anak ketika terjatuh. Setelah berduka istrinya meneruskan usaha ruko dan pertaniannya yang dirintih oleh suaminya. Perekonomiannya cukup stabil, namun setelah dua tahun ditinggalkan suaminya, lahan pertanian yang menghasilkan banyak omset sekarang mengalami musibah besar ladangnya mengalami kebakaran semua padi, tanaman, dan segala jenis pohon pun habis.

Dahlia: “Inna lillahi, kenapa ini ladangnya bisa kebakar semuanya Ep? Rugi besar kita.” Terheran-heran

Suep: “Saya tidak tahu penyebab pastinya, namun setelah saya cek ada bekas rokok yang dibuang sembarangan yang mengakibatkan apinya menjadi semakin besar, apalagi sekarang musim kemarau juga anginya sangat kencang dan cuacanya lagi panas-panasnya. Ladang kita terkena sinar matahari langsung jadi mudah untuk terbakar.” Ucapnya

Dahlia: “SubhanaAllah, kebiasan orang-orang abis ngerokok buangnya dimana aja, ladang kita yang jadi rugi. Mungkin ini juga musibah dari Allah kita hanya berusaha dan bisa berserah diri. Ep, tolong mulai sekarang bersihkan semua ladang dan tanam kembali semuanya. Pupuk yang sudah habis beli lagi, kita mulai lagi dari awal, mungkin ini akan terasa susah karena cuacanya juga tapi kamu harus bisa berusaha Ep, saya serahkan semuanya ke kamu karena kamu satu-satunya kepercayaan suami saya,” Dengan tegas

Suep: “Siap bu saya kerjakan semampu saya.” Ucapnya

Setelah Suep menanam kembali semua tanaman dan padi tetap saja tidak ada perubahan. Dahlia langsung mentindak lanjuti dengan mendatangkan pakar tanaman yang di kota.

Dahlia: “Jadi gimana pak, pegawai saya sudah mencoba dengan berbagai cara namun tak kunjung tumbuh tanamannya. Saya sangat tidak tahu harus berbuat apa lagi, karena uang modal saya semakin menipis untuk mengurus semua ladang yang sangat besar. Kerugian yang sangat besar membuat perekonomian saya jadi turun drastis.” Ucapnya sedih

Pak Anton: “Tanah yang ibu tanam ulang tidak akan tumbuh karena setelah terbakar tanahnya harus di olah terlebih dahulu jangan hanya dipapas dengan tidak diberikan strategi lain. Tanah yang mati disebabkan sudah terbakar dan tercampur dengan sisa-sisa bekas-bekas apapun, seperti pagar, tanaman, pengelolaan ataupun yang lainnya. Menghidupkannya berarti mengelola tanah dengan menanamnya, ataupun menjadikan tanah tersebut siap untuk langsung ditanami. Nanti saya dan tim akan membantu ibu, kerugian dalam berwirausaha sangatlah wajar kita tidak akan pernah terus maju ada masanya kita jatuh sabar saja pasti ada hikmahnya.” Ucapnya

Dahlia: “Iya pantes aja tanamannya gak tumbuh-tumbuh, terimakasih pak.” Ucapnya

Perubahan ladangnya tidak begitu cepat untuk memulihkan kembali butuh beberapa bulan setelah tujuh bulan ladangnya kembali pulih seperti semula perekonomiannya pun semakin meningkat, menjadi punya ladang yang lebih luas lagi. Dibalik musibah pasti selalu ada hikmah yang didapat.

Suep: “Bu,, Alhamdulillah yah makin lancar lagi ladang kita, bu gimana kalau kita adain ladang di perkotaan agar ladang kita makin maju?” Ucapnya

Dahlia: “Paling kalau ke kota ruko aja yang di bangun kalau ladang pasti sudah penuh dengan gedung-gedung yang tinggi baiknya ruko aja yang ditingkatkan kualitasnya. Kamu saja yang bangun tempatnya Suep di kota yang masih jarang rukonya tempatnya juga pastikan banyak masyarakat. Sekalian itu ruko yang di kota buat kamu aja biar saya kasih modal” Ucapnya

Suep: “Loh kok gitu bu, saya tidak meminta ruko yang di kota buat saya.” Terheran-heran

Dhalia: “Iya gakpapa kamu sudah mengabdi sama keluarga saya sudah beberapa tahun samapai suami saya meninggal juga kamu tetep jujur dan keraj keras.” Ucapnya

Suep: “Terimakasih banyak bu.” Ucapnya sambil riang gembira

Setelah Suep membangun ruko di kota Jakarta sudah berjalan dua tahun, rukonya melambung pesat dan yang didesa juga semakin melambung pesat karena kegigihannya. Suep juga harus bulak balik ke kota dan desa untuk membantu Dahlia.

Anak yang paling besar Lilis sudah bisa membatu ibunya menjalankan bisnins, apalagi Adang walaupun belum remaja sudah bisa menjalankan bisnisnya dengan diajari oleh Suep. Mereka menjalankan amanat dari ayahnya yang sudah meninggalkan mereka beberapa tahun yang lalu. Di saat mereka sedang merindukan sosok ayahnya Suep selalu menghibur mereka dan mereka juga sudah menganggap sebagai ayah tirinya. Suep juga karena sering mengabdi kepada keluarga Jaka, hingga lupa untuk mencari jodoh hingga saat ini Suep masih sendiri di umur 32 tahun. Suatu ketika anak pertamanya Dahlia bertanya bahwa ibunya harus mempunyai pendamping agar tidak kesepian dan ada yang membantunya.

Lilis: “Ambuuuuuuuuuu, teteh mau ngomong sesuatu ke ambu tapi jangan marah yah.” Sambil menggoda.

Dahlia: “Apa omongin aja biasanya juga suka cerita kalau ada apa-apa, ini paling mau minta duit nih.” Terheran-heran

Lilis: “Eitsssssss ngga lah, ambu, ambu kalau ambuuu menikah lagi gimana? Bisnis ambu kan sudah luas, teteh takut kalau ambu kecapean.” Sambil bersedih

Dahlia: “Hmmm, ambu sudah tua mana ada yang mau sama ambu,, lagian ambu gak puya waktu mikiran yang kayak gitu. Nah yang sudah pantes itu kamu, langsung nikah aja jangan pacaran ambu setuju kamu nikah muda, udah ada belum calonnya? Kalau belum nanti ibu cariin.” Sambil tersenyum

Lilis: “Aapaaann sih ambuu.” Ucapnya sambil kesal

Setelah perbincangan ini Dahlia langsung merenungkan kembali perkataan anaknya, sebenarnya Dahlia sudah banyak yang meminang namun tidak ada yang bisa memikat hatinya. Dahlia juga entah kenapa sangat mengagumi kinerja Suep yang sangat bertanggung jawab juga pekerja keras. Setelah Dahlia memikirkan hal ini keesokan harinya Suep ingin melamar Dahlia walaupun ini terlihat tidak mudah.

Suep: “Bu Dahliaaa, bolehkah saya bertanya sesuatu?” Sangat gugup

Dahlia: “Ada apa Ep? Udah lah kamu jangan panggil saya ibu lagi kita juga seumuran satu SMA satu kelas juga teman baik suami saya juga” Ucapnya

Suep: “Heheheh iya bu, ehh maaf. Jadi gini Dahlia saya ingin melamar kamu, apakah bersedia?” Sambil gemetaran

Dahlia: “Eeepp, kenapa tiba-tiba gini?” Terheran-heran

Suep: “Ngga tiba-tiba cuman saya sudah memendam perasaan ini sejak lama Dahlia.” Ucapnya

Dahlia: “Kalau aku butuh persetujuan dari anak-anak.” Ucapnya

Setelah perbincangan ini nenek dan anak-anaknya dikumpulkan di ruang tamu untuk dimintai persetujuan.

Suep: “Bismillahirahmanirahim, nek saya mau minta restu untuk menikahi anak nenek apakah di restui nek?” Ucapnya

Nenek: “Alhamdulillah nenek sangat merestui hubungan kalian berdua, tapi kamu harus bisa membahagiakan anak-anak dari Jaka.” Ucapnya

Suep: “Saya janji nek akan megurus mereka seperti anak kandung saya sendiri, terimakasih banyak atas restunya.” Memeluknya terharu.

Suep: “Sekarang mau minta restu dari Lilis, Adang, dan Nenden mau gak jadi abah kedua kalian?” Ucapnya bahagia

Lilis,Adang: “Alhamdulillah mau bangettt lah seneng asli, kang Suep dari dulu juga udah dianggap kayak abah sendiri bagi kita walaupun tetep abah nemor satu.” Ucap mereka

Nenden: “Yeyeyeye punya abah baru, tapi Nenden mau minta uang tambahan buat jajan.” Ucapnya sambil ketawa

Dahlia: “Sayang jangan gitu, gak sopan.” Ucapnya lembut

Suep sebenarnya sudah mencintai Dahlia sejak dibangku SMA, Jaka teman baikknya Suep, namun Jaka yang duluan melamar Dahlia karena Suep waktu itu tidak punya mental untuk menyatakannya. Jaka juga tidak tahu bahwa dia mencintainya. Setelah perbincangan dengan pihak keluarga mereka langsung mengadakan akad pernikahan dan resepsi. Pernikahan mereka berujung bahagia dan Dahlia merasa seperti hidup kembali karena hari-harinya sekarang dihiasi oleh suami barunya yang sangat mencintai dan bertangung jawab. Setelah dua tahun menikah mereka sudah dikarunia anak laki-laki yang sangat gagah dan rupawan.

No comments:

Post a Comment

Stereotip "Wanita Sarjana" Memilih Menjadi Seorang Ibu Rumah Tangga

  Manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi pada dasarnya selalu berorientasi mengenai masalah materi. Manusia selalu berusaha untuk bisa ...